Senin, 16 September 2019

STRUKTUR KEPUNGURUSAN 2019

SUSUNAN PENGURUS STUDY ISLAM BERKALA (SIB) MASA KHIDMAT 2019

KETUA UMUM : TAUFIQ WAHYUDI
SEKRETARIS UMUM : VINCA PUTRIANA DEWI
BENDAHARA UMUM : MELLIAWATI
HUMAS : MOH. BUKHORI MUSLIM

BIDANG KEANGGOTAAN
KETUA BIDANG : YUBDINA URFIAH HANUR
SEKRETARIS BIDANG : FIRDA YUNITA DEWI
ANGGOTA BIDANG :
NURHAYATI
MUHAMMAD IQBAL R
ISMAWATI
HANIF RAUF BAKHTIAR
M. HERO DESEMBERIYANTO


·         BIDANG TARBIYAH
-          KETUA BIDANG           : M. NAUFAL HARYORAHARDI
-          SEKRETARIS BIDANG            : HANIN FADHILAH
-          KETUA BIRO I               :DWINDA DESIANTI
-          WAKIL BIRO I               : ELY RAHMAWATI
-          ANGGOTA BIRO I        :
1.      M. KAVA ZULKIFLI
2.      -
-          KETUA BIRO II             : RIYAN PRATAMA
-          WAKIL BIRO II             : RUFIKA ANANNTA FACUMI

-          ANGGOTA BIRO II       :
1.      LUKMANUL HAKIM
2.      MUHAMMAD AFIFUDDIN

·         BIDANG KEPENULISAN
-          KETUA BIDANG           : DWI IRMAYANTI
-          SEKRETARIS BIDANG            : VIENA NUNGKY K.
-          KETUA BIRO I               : ANDIKA MAULANA S. P.
-          WAKIL BIRO I               : JENI ANDRIANA
-          ANGGOTA BIRO I        :
1.      MUHAMMAD RIZAL
2.      ADELLIA WINDAWATI
-          KETUA BIRO II             : AGILIANA A.S
-          WAKIL BIRO II             : GALIH PAMBARU W
-          ANGGOTA BIRO II       :
1.      ULFA ROHAMTI
2.      AMALIA ZULFA P.

·         BIDANG TAKMIR DAN KESENIAN
-          KETUA BIDANG           : SAYIT ARDIANSYAH
-          SEKRETARIS BIDANG            : REZKIA ZANUBA A
-          KETUA BIRO I               :SITI NUR HALIZA
-          WAKIL BIRO I               :AVILLIA PUSPITASARI
-          ANGGOTA BIRO I        :
1.      ACH. LUM'ATUL HIKAM
2.      ERLANIO LIESANNIAH
-          KETUA BIRO II             :MUHAMAD ZHAFRI A
-          WAKIL BIRO II             :SINTA NUR APRILIANTI
-          ANGGOTA BIRO II       :
1.      AHMAD RIZA H.
2.      ANDHITA DWI R.



·         BIDANG KEWIRAUSAHAAN DAN KESEKRETARIATAN
-          KETUA BIDANG           : SYAUQI RAHMAN
-          SEKRETARIS BIDANG            : NIDA ROSYIDA
-          KETUA BIRO I               : -
-          WAKIL BIRO I               : BELGIS OCTA FAJRIN
-          ANGGOTA BIRO I        :
1.      LATIFAH
-          KETUA BIRO II             : ROYNALDI SCEHAN
-          WAKIL BIRO II             : ROYNALDI SCEHAN
-          ANGGOTA BIRO II       :
1.      DINDA

Jumat, 06 September 2019

Macam-macam Air dan Hukumnya

 Macam-macam Air dan Hukumnya 

Di dalam fiqih Islam air menjadi sesuatu yang penting sebagai sarana utama dalam bersuci, baik bersuci dari hadas maupun dari najis. Dengannya seorang Muslim bisa melaksanakan berbagai ibadah secara sah karena telah bersih dari hadas dan najis yang dihasilkan dengan menggunakan air.

Mengingat begitu pentingnya air dalam beribadah fiqih Islam mengatur sedemikian rupa perihal air, dari membaginya dalam berbagai macam kategori hingga menentukan hukum-hukumnya.

Di dalam madzhab Imam Syafi’i para ulama membagi air menjadi 4 (empat) kategori masing-masing beserta hukum penggunaannya dalam bersuci. Keempat kategori itu adalah air suci dan menyucikan, air musyammas, air suci namun tidak menyucikan, dan air mutanajis.

Sebelum membahas lebih jauh perihal pembagian air tersebut akan lebih baik bila diketahui terlebih dahulu perihal ukuran volume air yang biasa disebut di dalam kajian fiqih.
Di dalam kajian fiqih air yang volumenya tidak mencapai dua qullah disebut dengan air sedikit. Sedangkan air yang volumenya mencapai dua qullah atau lebih disebut air banyak.

Lalu apa batasan volume air bisa dianggap mencapai dua qullah atau tidak? Para ulama madzhab Syafi’i menyatakan bahwa air dianggap banyak atau mencapai dua qullah apabila volumenya mencapai kurang lebih 192,857 kg. Bila melihat wadahnya volume air dua qullah adalah bila air memenuhi wadah dengan ukuran lebar, panjang dan dalam masing-masing satu dzira’ atau kurang lebih 60 cm (lihat Dr. Musthofa Al-Khin dkk, Al-Fiqh Al-Manhaji, (Damaskus: Darul Qalam, 2013), jil. 1, hal. 34).

Air Suci dan Menyucikan
Air suci dan menyucikan artinya dzat air tersebut suci dan bisa digunakan untuk bersuci. Air ini oleh para ulama fiqih disebut dengan air mutlak. Menurut Ibnu Qasim Al-Ghazi ada 7 (tujuh) macam air yang termasuk dalam kategori ini. Beliau mengatakan:
المياه التي يجوز التطهير بها سبع مياه: ماء السماء، وماء البحر، وماء النهر، وماء البئر، وماء العين, وماء الثلج، وماء البرد

“Air yang dapat digunakan untuk bersuci ada tujuh macam, yakni air hujan, air laut, air sungai, air sumur, air mata air, dan air salju, dan air dari hasil hujan es.“

Ketujuh macam air itu disebut sebagai air mutlak selama masih pada sifat asli penciptaannya. Bila sifat asli penciptaannya berubah maka ia tak lagi disebut air mutlak dan hukum penggunaannya pun berubah. Hanya saja perubahan air bisa tidak menghilangkan kemutlakannya apabila perubahan itu terjadi karena air tersebut diam pada waktu yang lama, karena tercampur sesuatu yang tidak bisa dihindarkan seperti lempung, debu, dan lumut, atau karena pengaruh tempatnya seperti air yang berada di daerah yang mengandung banyak belerang (lihat Dr. Musthofa Al-Khin dkk, Al-Fiqh Al-Manhaji, (Damaskus: Darul Qalam, 2013), jil. 1, hal. 34).

Secara ringkas air mutlak adalah air yang turun dari langit atau yang bersumber dari bumi dengan sifat asli penciptaannya.

Air Musyammas
Air musyammas adalah air yang dipanaskan di bawah terik sinar matahari dengan menggunakan wadah yang terbuat dari logam selain emas dan perak, seperti besi atau tembaga.

Air ini hukumnya suci dan menyucikan, hanya saja makruh bila dipakai untuk bersuci. Secara umum air ini juga makruh digunakan bila pada anggota badan manusia atau hewan yang bisa terkena kusta seperti kuda, namun tak mengapa bila dipakai untuk mencuci pakaian atau lainnya. Meski demikian air ini tidak lagi makruh dipakai bersuci apabila telah dingin kembali.

Air Suci Namun Tidak Menyucikan

Air ini dzatnya suci namun tidak bisa dipakai untuk bersuci, baik untuk bersuci dari hadas maupun dari najis.

Ada dua macam air yang suci namun tidak bisa digunakan untuk bersuci, yakni air musta’mal dan air mutaghayar.

Air musta’mal adalah air yang telah digunakan untuk bersuci baik untuk menghilangkan hadas seperti wudlu dan mandi ataupun untuk menghilangkan najis bila air tersebut tidak berubah dan tidak bertambah volumenya setelah terpisah dari air yang terserap oleh barang yang dibasuh.

Air musta’mal ini tidak bisa digunakan untuk bersuci apabila tidak mencapai dua qullah. Sedangkan bila volume air tersebut mencapai dua qullah maka tidak disebut sebagai air musta’mal dan bisa digunakan untuk bersuci.

Sebagai contoh kasus bila di sebuah masjid terdapat sebuah bak air dengan ukuran 2 x 2 meter persegi umpamanya, dan bak itu penuh dengan air, lalu setiap orang berwudlu dengan langsung memasukkan anggota badannya ke dalam air di bak tersebut, bukan dengan menciduknya, maka air yang masih berada di bak tersebut masih dihukumi suci dan menyucikan. Namun bila volume airnya kurang dari dua qullah, meskipun ukuran bak airnya cukup besar, maka air tersebut menjadi musta’mal dan tidak bisa dipakai untuk bersuci. Hanya saja dzat air tersebut masih dihukumi suci sehingga masih bisa digunakan untuk keperluan lain selain menghilangkan hadas dan najis.

Juga perlu diketahui bahwa air yang menjadi musta’mal adalah air yang dipakai untuk bersuci yang wajib hukumnya. Sebagai contoh air yang dipakai untuk berwudlu bukan dalam rangka menghilangkan hadas kecil, tapi hanya untuk memperbarui wudlu (tajdidul wudlu) tidak menjadi musta’mal. Sebab orang yang memperbarui wudlu sesungguhnya tidak wajib berwudlu ketika hendak shalat karena pada dasarnya ia masih dalam keadaan suci tidak berhadas.

Sebagai contoh pula, air yang dipakai untuk basuhan pertama pada anggota badan saat berwudlu menjadi musta’mal karena basuhan pertama hukumnya wajib. Sedangkan air yang dipakai untuk basuhan kedua dan ketiga tidak menjadi musta’mal karena basuhan kedua dan ketiga hukumnya sunah.

Adapun air mutaghayar adalah air yang mengalami perubahan salah satu sifatnya disebabkan tercampur dengan barang suci yang lain dengan perubahan yang menghilangkan kemutlakan nama air tersebut. Sebagai contoh air mata air yang masih asli ia disebut air mutlak dengan nama air mata air. Ketika air ini dicampur dengan teh sehingga terjadi perubahan pada sifat-sifatnya maka orang akan mengatakan air itu sebagai air teh. Perubahan nama inilah yang menjadikan air mata air kehilangan kemutlakannya.

Contoh lainnya, air hujan yang dimasak tetap pada kemutlakannya sebagai air hujan. Ketika ia dicampur dengan susu sehingga terjadi perubahan pada sifat-sifatnya maka air hujan itu kehilangan kemutlakannya dengan berubah nama menjadi air susu.

Air yang demikian itu tetap suci dzatnya namun tidak bisa dipakai untuk bersuci.

Lalu bagaimana dengan air mineral kemasan?

Air mineral dalam kemasan itu masih tetap pada kemutlakannya karena tidak ada pencampuran barang suci yang menjadikannya mengalami perubahan pada sifat-sifatnya. Adapun penamaannya dengan berbagai macam nama itu hanyalah nama merek dagang yang tidak berpengaruh pada kemutlakan airnya.

Air Mutanajis

Air mutanajis adalah air yang terkena barang najis yang volumenya kurang dari dua qullah atau volumenya mencapai dua qullah atau lebih namun berubah salah satu sifatnya—warna, bau, atau rasa—karena terkena najis tersebut.

Air sedikit apabila terkena najis maka secara otomatis air tersebut menjadi mutanajis meskipun tidak ada sifatnya yang berubah.

Sedangkan air banyak bila terkena najis tidak menjadi mutanajis bila ia tetap pada kemutlakannya, tidak ada sifat yang berubah. Adapun bila karena terkena najis ada satu atau lebih sifatnya yang berubah maka air banyak tersebut menjadi air mutanajis.

Air mutanajis ini tidak bisa digunakan untuk bersuci, karena dzatnya air itu sendiri tidak suci sehingga tidak bisa dipakai untuk menyucikan.Wallahu a’lam

Kamis, 05 September 2019

Keutamaan Bersholawat dihari Jum'at


Dalam kitab Nawadirul Hikayah karya Syaikh Syihabuddin bin Salamah Al Qulyuby termaktub hadits:

روي عن أنس رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله غليه وسلم: "من صلى عليّ في يوم الجمغة مائة مرة قضى الله له مائة حاجة, سبعين من حوائج الأخرة وثلاثين من حوائج الدنيا. ويوكل الله بصلاته على ملكا حتى يدخلها على قبري كما تدخل على أحدكم الهداية. ويخبرني بإسمه فأثبته عندي في صحيفة بيضاء وأكفئه بها يوم القيامة. 

Artinya: diriwayatkan dari Anas radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah salallahu 'alaihi wasalam bersabda: 
"Barang siapa bershalawat kepadaku di hari Jumat 100 kali, maka Allah akan mengabulkan baginya 100 hajat (kebutuhan), yang 70 dari kebutuhan akhirat dan 30 dari kebutuhan-kebutuhan duniawi. Dan Allah membebankan shalawat tersebut kepada malaikat hingga menghaturkannya ke kuburanku, layaknya (cahaya) hidayah yang masuk kepada kamu sekalian,  dan malaikat memberi tahu akan namanya, kemudian aku menetapkannya di sampingku di dalam lembaran yang putih bersih, dan dengan shalawatnya, aku mencukupinya (memberi syafaat) kelak di hari kiamat,".



Lewat Hadits diatas, dapat disimpulkan bahwa, keutamaan membaca shalawat di hari Jumat 100 kali, adalah::
1. Dikabulkan 100 hajatnya: 70 mengenai kebutuhan akhirat dan yang 30 kebutuhan dunia
2. Bacaan shalawatnya tersampaikan kepada nabi oleh malaikat atas perintah Allah
3. Bagi yang bershalawat, namanya akan disebut malaikat di kehadirat nabi
4. Namanya akan diingat dan dicatat nabi dalam lembaran yang putih dan bersih
5. Nabi Muhammad SAW akan memberikan syafaatnya kelak di hari kiamat kepada orang  yang telah membaca shalawat untuknya.
Subhanallah, sungguh banyak sekali keutamaan-keutamaan membaca shalawat. Marilah di momen bulan Ramadan ini, kita perbanyak melakukan amal shalih seperti membaca shalawat nabi. 
Apalagi telah dipahami, bahwa di bulan Ramadhan semua amal ibadah dilipat gandakan pahalanya. Allahumma shalli wa sallim 'ala sayyidina Muhammad.

Selasa, 03 September 2019

KISS (Kajian Islam Seru)


Assalamualaikum Wr Wb
KISS (Kajian Islam Selasa Seru) hadir kembali 👏👏👏 untuk memberikan ilmu  yang di ridhoi oleh Alloh SWT agar menjadi insan yang berakal dan beradab yang akan di laksanakan pada  :

-Selasa, 3 September 2019 💾💾
-Pukul 14.30 WIB  🕝🕝🕝
-Musholla Al-Hakim Fakultas Hukum Universitas Jember. 🕌🕌🕌


Yuuukk.. datang dan ramaikan sekaligus belajar mendalami ajaran Agama Islam yang sesungguhnya 🤗🤗

Kitab Mabadi Fiqih – Karangan Syekh ‘Umar ‘Abdul Jabbar

Kitab Mabadi Fiqih – Karangan Syekh ‘Umar ‘Abdul Jabbar

1. JUZ SATU (1)


2. JUZ DUA (2)


3. JUZ TIGA (3)

SUSUNAN PENGURUS UKM-KI STUDI ISLAM BERKALA MASA KHIDMAT 2021-2022

SUSUNAN PENGURUS  UKM-KI STUDI ISLAM BERKALA MASA KHIDMAT 2021-2022 Berdasarkan sidang musyawarah anggota tahunan (MAT) pada 11-13 Desember ...